Sejarah Desa Jampu berasal dari kata Jampu (Jambu) adalah sebuah pohon yang
sangat strategis tempatnya untuk ditempati menikmati alam sekitar. Sangat strategis
karena berada ditempat yang agak tinggi dan mempunyai alun-alun berupa
lapangan terbuka sekelilingnya, tempat itu laksana tribun terbuka bagi lapangan
sepak bola yang biasanya ditempati raja-raja bersama dayang-dayangnya untuk
bersantai menikmati alam sekelilingnya, tempat itu letaknya ± 70 m disebelah barat
daya Masjid Jami Takwa Jampu.
Jauh sebelum kemerdekaan Jampu diperintah oleh seorang arung yang
disebut Arung Mattampawali’E. Awalnya pada saat itu mempunyai suatu kegemaran
yang lama-lama menjadi kebudayaan yaitu berburu Rusa. Setiap hari Minggu arung
dari 4 (empat) daerah disekitar kekuasaan arung Mattampawali’E silih berganti
menjadikan rumah dalam pelaksanaan perburuan yaitu arung Marioriwawo dibagian
selatan, arung Lompengeng dibagian utara, arung Liliriaja di sebelah barat dan
arung Citta di sebelah timur. Apabila seorang bangsawan mengundang maka
dipakai Istilah mattampa karena arung Jampu bila mengundang maka yang
diundang adalah arung bersama masyarakatnya dari 4 (empat) penjuru, yang 4
(empat) penjuru itu yang biasa disebut Mattampa Wali-wali. Akhirnya arung Jampu
digelar arung Mattampa WaliE.
Apabila arung Mattampa WaliE mengundang, maka tempat yang ditunjuk
sebagai tempat pertemuan adalah dibawah pohon jambu karena disamping pohon
itu strategis tempatnya juga batangnya besar dan daunnya rindang, bagus untuk
berteduh (Istirahat). Lama kelamaan tempat itu terkenal bagi pemburuh dan
masyarakat bersama arung dimasa itu.
Pada saat itu galung (sawah) jampu belum terbentuk, masih berbentuk
hutan belantara yang dihuni banyak rusa dan babi sehingga lokasi itu merupakan
tempat perburuan dan tempat pertemuan dari 4 (empat) penjuru para pemburuh itu.
Apabila semua pemburuh sudah mengepung hutan di Jampu itu, maka ramailah
kedengarannya suara pemburuh yang menandakan bahwa mereka telah
menemukan hewan buruan, begitu juga suara anjing ada yang menyalak ada yang
menggonggong dan ada pula yang bunyinya seperti berteriak yang menandakan
bahwa dia telah mendapatkan mangsanya. Hasil buruannya dikumpulkan dekat
pohon jambu dan disaksikan oleh orang-orang yang hadir pada saat itu.
Tidak jauh dari tempat itu ± 100 m di sebelah tenggara terdapat sebuah
tempat mandi yang disebut kacawang yang airnya sangat deras dan jernih, karena
itu bersumber dari mata air yang disebut Ulu Wae. Di Kacawang itu para ibu-ibu dan
dayang-dayang mencuci daging rusa yang telah diolah atau dikerjakan sebagai
persiapan masakan untuk disantap. Setelah selesai dicuci dengan bersih lalu dibawa
ketempat dekat pohon jambu untuk dimasak. Setelah matang maka disantaplah
secara bersama-sama hasil buruan itu dengan penuh rasa bahagia dan bahagia
sehingga Jampu menjadi kenangan yang tak terlupakan, sehingga nama Jampu
makin populer yang berasal dari kata Jambu.
Sejak masa kemerdekaan wilayah Desa ini telah dihuni masyarakat secara
sporadic dengan bermukim di dataran lembah yang kemudian terbentuklah Dusun
dusun kecil yang disebut sebagai “ Matua
“ antara lain : Arung Jampu (Petta Bau’),
Matua Lenrang, Matua Lonrong (Palla’E)
Desa Jampu yang dahulu kala bernama Kampung Jampu yang ruang
lingkupnya hanya satu dusun yaitu Dusun Jampu sekarang. dan lama kelamaan
dusun Jampu berkembang dan akhirnya terbentuklah satu desa yang memiliki 3
(tiga) Dusun yaitu : Dusun Jampu, dusun Lonrong dan dusun Lenrang.
Adapun setiap dusun tersebut mempunyai suatu sejarah :
– Dusun Jampu yang dahulu kala bernama kampung Jampu yang dihuni oleh
masyarakat yang bermukim di dataran lembah yang kemudian Dusun Jampu
berkembang dan terbentuklah satu Desa dimekarkan menjadi menjadi 3 (tiga)
Dusun yaitu : Dusun Jampu, dusun Lonrong dan dusun Lenrang. –
– Dusun Lonrong mempunyai suatu wilayah atau tempat yang disebut Palla’E,
ditempat itulah dahulu Datu Palla membuat perkampungan kecil didekat mata
air. Mereka bersama pengawalnya membangun perumahan dan persawahan
seluas ± 10,5 Ha yang merupakan sumber pencaharian. Datu Palla bersama
pengikutnya mengungsi ke Palla’E karena tidak aman bekerjasama dengan
Penjajah (Belanda).
– Dusun Lenrang disekitar tahun 50-an termasuk Wilayah kekuasaan arung
Lompengeng karena para Punggawa yang menjadi pemimpin di Lenrang adalah
leluhur dari Arung Lompengeng. Nanti di tahun 60-an baru Dusun Lenrang
masuk Wilayah Kecamatan Liliriaja dan bergabung dengan Desa Jampu.
Pemerintah pertama di Desa Jampu dipimpin oleh A. ABD. KARIM mulai tahun 1949 – 1954 kemudian digantikan oleh TIKE pada tahun 1954 – 1959 yang mana pada periode ini masih status pemerintahan Swapraja sebutan Kepala Desa disebut Kepala Wanua dan Kepala Dusun disebut Kepala Kampung dibawah pemerintahan Distrik Citta yang dipimpin oleh A. PASOLAI. Pada Tahun 1968 perubahan struktur/sistim Pemerintahan menjadi Desa. Yang mana Kepala Desa pada saat itu ialah S. A. MULYONO yang diangkat melalui Pemilihan Kepala Desa dengan masa jabatan 10 (Sepuluh) Tahun dan pada saat itu Desa Barang masih bahagian dari Desa Jampu yang wilayahnya terdiri dari 4 (Empat) Dusun yakni Dusun Barang, Dusun Jampu, Dusun Lenrang dan Dusun Lonrong. Pada Tahun 1970 didirikanlah Kantor Desa Jampu. Pada tahun 1978 S. A. MULYONO digantikan oleh ELYAS, selanjutnya terjadi pemekaran Desa.
Desa Jampu dimekarkan menjadi 2 (Dua) Desa yakni pada tahun 1989 yang menjabat Kepala Desa Persiapan pada saat itu ialah A. SINRANG (Kepala Dusun Barang) dan yang menjabat Kepala Desa Jampu pada saat itu ialah ELYAS. dimana wilayah Desa Jampu pada saat itu terdiri dari 3 (Tiga) Dusun yakni Dusun Lonrong, Dusun Jampu dan Dusun Lenrang. Setelah berakhir masa jabatannya, ELYAS pada tahun 1996 digantikan oleh MAULANA (Periode1996 s/d 2001). Setelah masa Jabatan itu berakhir, dilakukan Pemilihan Kepala Desa dan Drs. A. FIRDAUS yang terpilih menjadi Kepala Desa (Periode 2001 s/d 2006 ). Setelah berakhir masa Jabatannya dilakukan Pemilihan Kepala Desa dan Drs. A. FIRDAUS kembali terpilih menjadi Kepala Desa (Priode 2006 s/d 2012). Setelah berakhir masa jabatannya dilakukan Pemilihan Kepala Desa dan yang terpilih Ir. SUKMAL (Priode 2012 s/d 2018) selanjutnya digantikan oleh Drs. AMIN SAING, M.Si sebagai Penjabat sementara dikarnakan Kepala Desa terpilih Ir. Sukmal telah meninggal dunia sebelum masa jabatanya berakhir. Setelah berakhir masa Jabatannya dilakukan pemilihan Kepala Desa dan yang terpilih NURHFASAH, S.Sos, MM (Priode 2019 s/d 2024).
Pengangkatan Kepala Kampong (Dusun) pertama pada tahun 1954 yakni A. ABD. KARIM kemudian pada tahun 1949 digantikan oleh TIKE menjabat selama 4 tahun kemudian digantikan oleh MARE pada tahun 1960 sampai dengan 1964. Pada Tahun 1965 digantikan oleh A. SINRANG, kemudian pada tahun 1987 A. SINRANG terpilih menjadi Kepala Desa Barang. Dan Desa Jampu terdiri dari 3 Kepala dusun yakni Kepala Dusun Lonrong adalah HARUNA, Dusun Jampu adalah A. HUSAINI dan Dusun Lenrang adalah MUH. YUSUF JAFAR setelah ketiganya Meninggal Dunia, digantikan oleh MUH. NASIR kepala Dusun Lonrong, MUH. TAHIR sebagai kepala Dusun Jampu dan A. SALEPU sebagai Dusun Lenrang. Pada Tahun 2001 MUH. TAHIR meninggal dunia digantikan oleh ANDI DARMAWAN sebagai Kepala Dusun Jampu.
Pada Akhir Tahun 2014 Ketiga Kepala Dusun tersebut diberhentikan dikarenakan Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Perangkat Desa (Usia telah genap 60 Tahun berdasarkan pada UU No. 6 Tahun 2014, maka diangkatlah Saudara BADARUDDIN, S.Sos sebagai Kepala Dusun Lonrong, ABDUL KADIR sebagai Kepala Dusun Jampu dan Saudara SYAMSURIJAL sebagai Kepala Dusun Lenrang sampai sekarang.